Gak sengaja tadi malem nonton Hitam-Putih di Trans TV. Dan gak sengaja juga melihat seorang wanita dengan dandanan sederhana baru dipanggil si Dedy Corbuzier. Hm...siapa nih perempuan, sampai-sampai diundang Dedy segala?
Ternyata dia adalah seorang shoe maker dari Bali. Mendengar pengalamannya bergelut dengan dunia sepatu, membuat aku jadi tertarik untuk mencari info tentang beliau.
And...setelah meminta bantuan Om Google, akhirnya didapatkanlah info:
"Niluh Djelantik, begitulah nama wanita luar biasa ini. Semasa kecil hidup pas-pasan dengan ibunya yang seorang single mother. Saking susahnya, ibunya selalu membelikan sepatu dengan ukuran yang lebih besa dari ukuran kakinya, hal itu dimaksudkan agar ia dapat menggunakan sepatu tersebut untuk jangka waktu yang lebih lama seiring dengan ukuran kakinya yang bertambah besar. Hal inilah yang merupakan cikal bakal kecintaannya terhadap alas kaki.
Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi Gunadarma, ia memulai karirnya sebagai resepsionis perusahaan tekstil (1995) hingga menjadi marketing director dari Paul Ropp di Bali. Sepulangnya dari New York dalam rangka ekspansi perusahaan, Niluh menderita sakit yang cukup serius sehingga harus menjalani operasi dan tidak boleh melakukan perjalanan jauh sehingga ambisinya untuk mengembangkan Paul Ropp pun terhenti.
Pada tahun 2003, Niluh Djelatik memberanikan diri untuk membuka sebuah butik dengan brand NILOU di kawasan Kerobokan dengan berbekal modal 18 juta rupiah.Tentu saja butik yang didapat dengan modal 18 juta rupiah bukan merupakan butik yang mewah.
"Temboknya kusam, beberapa bagian kayu mulai lapuk, dan sebagian masih berdinding gedhek," kata Ni Luh.
Koleksi yang dipajang di etalase butiknya pun hanya tiga macam, sisanya dibuat jika ada pesanan. Tapi Niluh tidak kehabisan akal dan memutuskan untuk meminjam modal 15 juta rupiah dari bank untuk mempercantik butiknya dan menambah koleksi.
Karir internasionalnya berawal ketika Sally Power, salah satu pelanggan yang jatuh hati dengan sepatunya menawarkan diri untuk menjadi penyalurnya di negeri kangguru Australia. Kini sepatu Nilou sudah merambah 20 negara, antara lain Australia, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan Uni Emirat Arab. Nilou juga terpajang di etalase jaringan toko Topshop dan All Saints-keduanya berpusat di Inggris. Berbagai penghargaan pun telah ia raih, mulai dari 50 global brand dari SWA, entrepreneur kreatif, femina woman of the year, Tempo, Gatra, sampai Fortune dan Forbes.
Kunci kesuksesan dari produk NILUH DJELANTIK adalah kualitas, pada masa awal memulai usahaya, Niluh membeli alas kaki yang sudah lebih dahulu sukses seperti Manolo Blahnik dan Christian Louboutin. Ia memberikan produk tersebut kepada shoemakernya di Bali untuk mempelajari bagaimana sepatu hak tinggi bisa dipakai dengan elegan dan sangat nyaman meskipun digunakan lebih dari 8 jam. Pernah juga pada tahun 2006, ia ditawari untuk membuat produksi sepatu secara masal di China, tawaran ini ia tolak dengan alasan ciri khas dan eksklusivitas brand NILOU akan hilang, sekalipun tingkat keuntungan yang bisa ia raih jauh lebih besar,
"Keep it simple and exclusive."
Sejak tahun 2008 brand NILOU dilikuidasinya dan di-Rebranding sesusai dengan namanya, NILUH DJELANTIK.
AND YOU KNOW WHO, beberapa selebritis dunia merupakan pelanggan ND (Niluh Djelantik) lho..., sebut aja JULIA ROBERTS, UMA THURMAN, ROBYN MOORE, TARA REID, KATE MOSS, ELLE McPHERSON dan supermodel GISELLE BUNDCHEN. Wowww....!!
Yang kayak gini nih yang bikin kita bangga jadi warga Indonesia, :D.
salut...sukses slalu ke depan nya...xo
BalasHapusSeorang ND misa jadi motivasi wanita2 tanah air lainnya untuk maju dan berjaya tapi tetap down to earth....
BalasHapusBangga sekali dengan buatan tanah air. Indonesia that shines to the world :)
BalasHapusBodoh dasar bodoh 20 negara sudan memberi anda usaha menggunakan mesin bukan menggunakan tangan kan capek bodoh siniluh 20 negara mengundang anda kerja sam membantu dari usaha menjadi kaya jika dilanjutkan
BalasHapus